BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lansia
atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia
seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60
tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata.
Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Beberapa
faktor fisik dan psikososial dapat mengarahkan pada meremehkan lansia.
Penurunan penglihatan dan pendengaran mungkin membuat pemahaman terhadap
stimulus yang diterima juga melemah. Sehingga lansia mengalami perasaan
diabaikan oleh kaum yang lebih muda. Sensitifitas perasaan yang tinggi pada
lansia sering kali membuat perdebatan antara lansia dengan kaum yang lebih muda
dan diakhiri dengan kekecewaan dari lansia karena kaum yang lebih muda
mengabaikan lansia.
Sosial emosi para lansia juga berubah seperti kembali
pada masa kanak-kanak. Sikap manja dan selalu ingin diperhatikan, yang sering
kali seperti anak-anak kecil sering membuat orang-orang disekitarnya merasa
jengkel karena sikap tersebut.
B. Identitas dan Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi peneliti, maka diketahua identitas dari subjek sebagai berikut, subjek
bernama Sabran. Subjek berasal dari kota Kandangan, Hulu Sungai Tengah. Subjek
lahir di Kandangan tahun 1942 Subjek memiliki 5 orang istri, tapi hanya 2 orang
yang memiliki anak. Sebjek memiliki 1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak
perempuan, tapi salah satu anak perempuan subjek sudah meninggal.
Selama
10 tahun belakangan ini subjek menjadi salah satu penghuni panti werdha Budi Sejahtera.
Sebelum menjadi penghuni panti werdha tersebut subjek pernah ikut tinggal
dengan anak laki-laki subjek di Samarinda, namun karena ada suatu kejadian yang
membuat anak dari subjek tersebut mengantar subjek kembali ke kota Kandangan.
Selama di Kota Kandangan pekerjaan yang biasa dilakukan subjek adalah menoreh
getah. Selain itu subjek juga sering mengambil upah untuk membersihkan
rumput-rumput di sawah milik tetangga. Permasalahan yang ada pada subjek adalah
kurang jelasnya penglihatan serta pendengaran yang sangat buruk, peneliti harus
bersuara keras agar subjek mampu mendengar. Selain itu, subjek juga sudah mulai
tidak jelas berbicara, sehingga peneliti mengalami sedikit hambatan dalam
memahami kalimat demi kalimat dari subjek tersebut.
Permasalahan
pada kesehatan juga dialami subjek, seperti cepat lelah dan sakit disekujur
tubuh. Subjek terlihat sangat kurus, mata subjek juga terlihat sayu serta kulit
subjek mengalami keriput. Selain itu, permasalahan subjek ada pada anak-anak
subjek yang tidak pernah datang menjenguk subjek. Terlihat sekali subjek
merindukan anak-anaknya. Sehingga saat subjek menceritakan tentang anak-anaknya
seperti sambil menerawang ke masa lalu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Lansia
Dewasa akhir yang sering disebut lansia (lanjut
usia) adalah fase menurunnya kemampuan
akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari
proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa
tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Organisasi
kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proes
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telh disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghdapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera
dan terintegarasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi empat, yaitu :
1.
Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2.
Lanjut usia (elderly) :
60-74 tahun
3.
Lanjut usia tua (old) :
75-90 tahun
4.
Lanjut usia sangat tua (very old) : >90 tahun
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa
pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap
penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh
atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia
menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 1998) ada tiga
aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1.
Secara biologis penduduk lanjut
usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
2. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
3. Dari aspek sosial, penduduk lanjut
usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut
usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari
keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan
tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi
yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
Dari hasil observasi peneliti, subjek yang lahir tahun 1942
termasuk dalam kategori lanjut usia tua (old). Secara biologis subjek mengalami
penurunan daya tahan fisik, seperti melemahnya daya tahan tubuh, sering sakit
badan dan cepat lelah. Sedangkan secara ekonomi subjek dipandang sebagai beban
oleh anak-anaknya, sehingga anak subjek tidak ingin merawat subjek dan
menelantarkan subjek kembali ke kota Kandangan. Dan dari aspek sosial, subjek
merasa dihormati oleh peneliti karena peneliti memperlakukan subjek sebagai
orang yang dituakan dan sangat menghormati subjek.
2. Perubahan Fisik pada
Lansia
Beberapa perubahan yang diasosiasikan
dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa. Kulit yang
lebih tua cenderung lebuh pucat, memiliki bercak, dan tidak elastis karena
lemak dan otot menyusut, maka kulit cenderung keriput. Rambut di kepala memutih
dan menjadi lebih tipis, dan rambut di bagian badan menjadi lebih jarang.
Para lansia cenderung menjadi lebih
pendek karena piringan antar tulang belakang mereka mengalami atropi.
Penyusutan ini dapat menyebabkan “pembungkukan” pada bagian belakang leher,
terutama pada wanita yang mengalami osteoporosis. Perubahan yang lebih sulit
terlihat terjadi pada organ-organ dalam dan sistem tubuh; otak; serta indra,
motorik dan fungsi seksual (Papalia Olds Feldman, Human Development., 2009 ).
Delapan puluh persen lansia di AS mengatakan bahwa
mereka mengalami kesulitan untuk melihat. Kesulitan ini dapat berbentuk
kesulitan dalam menentukan kedalaman atau persepsi warna, atau aktifitas
sehari-hari seperti membaca, menjahit, belanja dan memasak (Desai et al., 2001).
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa
sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel
berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini
dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa
pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan
lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan
produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang
menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki
berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita
oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku.
Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan
perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap
diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr.
Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi
gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra
dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Dari hasil
observasi peneliti, diketahui bahwa subjek mengalami kemunduran secara fisik
seprti, urat-urat ditangan subjek terlihat membesar, kulit subjek terlihat keriput, subjek juga
terlihat sangat kurus serta mata subjek terlihat sayu. Selain itu saat subjek
berjalan, subjek berjalan dengan sedikit membungkuk. Kemampuan subjek dalam
menjawab pertanyaan dari peneliti juga lambat, karena pengaruh masa sel saraf
yang berkurang sehingga otak subjek lambat merespon apa yang subjek dengar.
Kemampuan subjek dalam mendengar sangat buruk, peneliti harus berusara keras
agar subjek mampu mendengar pertanyaan dari peneliti. Suara subjek juga tidak
terlalu jelas didengar oleh peneliti karena susunan gigi subjek sudah tidak
sempurna lagi.
3. Perubahan
Sosio-Emosi pada Lansia
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut
usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga
menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
a. Lingkungan Sosial
Telah lama terdapat kepercayaan bahwa cara terbaik untuk penuaan adalah
dengan memisahkan diri. Teori pemisahan
menyatakan bahwa oang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan mulai menarik
diri dari masyarakat. Pemisahan merupakan aktivitas timbal balik dimana
orang-orang dewasa lanjut tidak hanya menjauh dari masyarakat, tetapi
masyarakat juga menjauh dari mereka.
Menurut teori ini orang-orang dewasa lanjut mengembangkan suatu kesibukan
terhadap dirinya sendiri, mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan
menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan.
Penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri di
anggap mampu meningkatkan kepuasan hidup dikalangan orang-orang dewasa lanjut.
Menurut
teori aktivitas, semakin
orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka
menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan
kehidupannya. Teori
aktivitas ini menyatakan bahwa individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa
dewasa tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika peran-peran itu diambil
dari mereka (seperti dalam PHK, misalnya), penting bagi mereka untuk menemukan
peran-peran pengganti yang akan memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka
didalam aktivitas-aktivitas kemasyarakat.
Teori sosial mengenai penuaan yang ketiga adalah teori kontruksi gangguan social. Teori
ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative
yang dibawa oleh pandangan-pandangan negative tentang dunia social dari
orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Dari hasil observasi peneliti diketahui subjek memilih
tinggal di panri werdha dibandingkan dengan anak-anak subjek, karena subjek
merasa tersia-siakan jika tinggal dengan anak subjek. Sehingga subjek memilih
untuk menarik diri dari keluarga dan memilih tinggal di panti werdha dengan
sesama lansia yang lain.
b. Lansia merasakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi
tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja
dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran
mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
Dari hasil observasi
peneliti terlihat sekali subjek sangat merasa kesepian karena anak-anak subjek
tidak pernah sekalipun datang menjenguk subjek. Saat subjek menceritakan tentang
anak-anak subjek kepada peneliti, subjek seperti menerawang ke masa lalu dan
menahan air matanya. Subjek juga bercerita tentang istri subjek yang diceraikan
subjek karena istirnya sering marah-marah dan membentak subjek. Sehingga subjek
merasa kesepian karena tidak ada yang merawat serta menemani subjek untuk
menjalani masa tua.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Lansia memiliki rentang umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun. Dalam masa ini para lansia mengalami kemunduran dari berbagai
aspek, seperti fisik, ingatan dan kesehatan. Dalam masa ini pula lansia
mengalami perasaan yang sangat sensitif seperti anak-anak, yang selalu ingin
diperhatikan dan disayang. Dalam kasus yang diobservasi oleh peneliti, peneliti
menemukan kemunduran baik secara fisik maupun secara kesehatan yang terjadi
pada subjek, seperti pendengaran dan penglihatan subjek yang sangat menurun,
serta cepat lelah dan badan subjek sering sakit. Selain itu subjek juga
merasakan kekosongan perasaan karena subjek yang tidak pernah dijenguk
anak-anaknya selama di panti werdha. Subjek juga merasa kesepian karena tidak
ada seorang istri yang mendampingi subjek dimasa tua sekarang ini..
B.
Saran
Begitu pentingnya kita untuk
mengetahui perkembangan kemunduran pada lansia agar kita mampu melihat dan
memaknai dengan kacamata psikologi pada lansia. Sehingga dimasa depan kita
mampu mendedikasikan diri kita untuk membantu para lansia dalam menghadapi masa
tuanya dengan memberikan motivasi yang sesuai dengan keadaan lansia tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmojo,
B. 2009. Teori Menua. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI, pp.3.
Papalia,
DE., Old, SW., & Feldman, RD. 2008. Human
Development (Psikologi
Perkembangan)-Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
Lampiran
Peneliti selesai mengobservasi objek
Nama penghuni Panti Werdha