Rabu, 26 Juni 2013

Contoh Laporan Observasi Langsung Perkembangan Lansia



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata.
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Beberapa faktor fisik dan psikososial dapat mengarahkan pada meremehkan lansia. Penurunan penglihatan dan pendengaran mungkin membuat pemahaman terhadap stimulus yang diterima juga melemah. Sehingga lansia mengalami perasaan diabaikan oleh kaum yang lebih muda. Sensitifitas perasaan yang tinggi pada lansia sering kali membuat perdebatan antara lansia dengan kaum yang lebih muda dan diakhiri dengan kekecewaan dari lansia karena kaum yang lebih muda mengabaikan lansia.
Sosial emosi para lansia juga berubah seperti kembali pada masa kanak-kanak. Sikap manja dan selalu ingin diperhatikan, yang sering kali seperti anak-anak kecil sering membuat orang-orang disekitarnya merasa jengkel karena sikap tersebut.
 


B.     Identitas dan Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi peneliti, maka diketahua identitas dari subjek sebagai berikut, subjek bernama Sabran. Subjek berasal dari kota Kandangan, Hulu Sungai Tengah. Subjek lahir di Kandangan tahun 1942 Subjek memiliki 5 orang istri, tapi hanya 2 orang yang memiliki anak. Sebjek memiliki 1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan, tapi salah satu anak perempuan subjek sudah meninggal.
Selama 10 tahun belakangan ini subjek menjadi salah satu penghuni panti werdha Budi Sejahtera. Sebelum menjadi penghuni panti werdha tersebut subjek pernah ikut tinggal dengan anak laki-laki subjek di Samarinda, namun karena ada suatu kejadian yang membuat anak dari subjek tersebut mengantar subjek kembali ke kota Kandangan. Selama di Kota Kandangan pekerjaan yang biasa dilakukan subjek adalah menoreh getah. Selain itu subjek juga sering mengambil upah untuk membersihkan rumput-rumput di sawah milik tetangga. Permasalahan yang ada pada subjek adalah kurang jelasnya penglihatan serta pendengaran yang sangat buruk, peneliti harus bersuara keras agar subjek mampu mendengar. Selain itu, subjek juga sudah mulai tidak jelas berbicara, sehingga peneliti mengalami sedikit hambatan dalam memahami kalimat demi kalimat dari subjek tersebut.
Permasalahan pada kesehatan juga dialami subjek, seperti cepat lelah dan sakit disekujur tubuh. Subjek terlihat sangat kurus, mata subjek juga terlihat sayu serta kulit subjek mengalami keriput. Selain itu, permasalahan subjek ada pada anak-anak subjek yang tidak pernah datang menjenguk subjek. Terlihat sekali subjek merindukan anak-anaknya. Sehingga saat subjek menceritakan tentang anak-anaknya seperti sambil menerawang ke masa lalu.


BAB II
PEMBAHASAN


1.         Definisi Lansia
Dewasa akhir yang sering disebut lansia (lanjut usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proes penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telh disebut lanjut usia. Lansia banyak menghdapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegarasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu :
1.      Usia pertengahan (middle age)          : 45-59 tahun
2.      Lanjut usia (elderly)                        : 60-74 tahun
3.      Lanjut usia tua (old)                        : 75-90 tahun
4.      Lanjut usia sangat tua (very old)   : >90 tahun
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 1998) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1.      Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
2.      Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
3.      Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
Dari hasil observasi peneliti, subjek yang lahir tahun 1942 termasuk dalam kategori lanjut usia tua (old). Secara biologis subjek mengalami penurunan daya tahan fisik, seperti melemahnya daya tahan tubuh, sering sakit badan dan cepat lelah. Sedangkan secara ekonomi subjek dipandang sebagai beban oleh anak-anaknya, sehingga anak subjek tidak ingin merawat subjek dan menelantarkan subjek kembali ke kota Kandangan. Dan dari aspek sosial, subjek merasa dihormati oleh peneliti karena peneliti memperlakukan subjek sebagai orang yang dituakan dan sangat menghormati subjek.

2. Perubahan Fisik pada Lansia
Beberapa perubahan yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa. Kulit yang lebih tua cenderung lebuh pucat, memiliki bercak, dan tidak elastis karena lemak dan otot menyusut, maka kulit cenderung keriput. Rambut di kepala memutih dan menjadi lebih tipis, dan rambut di bagian badan menjadi lebih jarang.
Para lansia cenderung menjadi lebih pendek karena piringan antar tulang belakang mereka mengalami atropi. Penyusutan ini dapat menyebabkan “pembungkukan” pada bagian belakang leher, terutama pada wanita yang mengalami osteoporosis. Perubahan yang lebih sulit terlihat terjadi pada organ-organ dalam dan sistem tubuh; otak; serta indra, motorik dan fungsi seksual (Papalia Olds Feldman, Human Development., 2009 ).
Delapan puluh persen lansia di AS mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk melihat. Kesulitan ini dapat berbentuk kesulitan dalam menentukan kedalaman atau persepsi warna, atau aktifitas sehari-hari seperti membaca, menjahit, belanja dan memasak (Desai et al., 2001).
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Dari hasil observasi peneliti, diketahui bahwa subjek mengalami kemunduran secara fisik seprti, urat-urat ditangan subjek terlihat membesar,  kulit subjek terlihat keriput, subjek juga terlihat sangat kurus serta mata subjek terlihat sayu. Selain itu saat subjek berjalan, subjek berjalan dengan sedikit membungkuk. Kemampuan subjek dalam menjawab pertanyaan dari peneliti juga lambat, karena pengaruh masa sel saraf yang berkurang sehingga otak subjek lambat merespon apa yang subjek dengar. Kemampuan subjek dalam mendengar sangat buruk, peneliti harus berusara keras agar subjek mampu mendengar pertanyaan dari peneliti. Suara subjek juga tidak terlalu jelas didengar oleh peneliti karena susunan gigi subjek sudah tidak sempurna lagi.
3.         Perubahan Sosio-Emosi pada Lansia
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
a.       Lingkungan Sosial
Telah lama terdapat kepercayaan bahwa cara terbaik untuk penuaan adalah dengan memisahkan diri. Teori pemisahan menyatakan bahwa oang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan mulai menarik diri dari masyarakat. Pemisahan merupakan aktivitas timbal balik dimana orang-orang dewasa lanjut tidak hanya menjauh dari masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari mereka.
Menurut teori ini orang-orang dewasa lanjut mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri, mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri di anggap mampu meningkatkan kepuasan hidup dikalangan orang-orang dewasa lanjut.
Menurut  teori aktivitas, semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori aktivitas ini menyatakan bahwa individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika peran-peran itu diambil dari mereka (seperti dalam PHK, misalnya), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang akan memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka didalam aktivitas-aktivitas kemasyarakat.
Teori sosial mengenai penuaan yang ketiga adalah teori kontruksi gangguan social. Teori ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative yang dibawa oleh pandangan-pandangan negative tentang dunia social dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Dari hasil observasi peneliti diketahui subjek memilih tinggal di panri werdha dibandingkan dengan anak-anak subjek, karena subjek merasa tersia-siakan jika tinggal dengan anak subjek. Sehingga subjek memilih untuk menarik diri dari keluarga dan memilih tinggal di panti werdha dengan sesama lansia yang lain.
b.      Lansia merasakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
Dari hasil observasi peneliti terlihat sekali subjek sangat merasa kesepian karena anak-anak subjek tidak pernah sekalipun datang menjenguk subjek. Saat subjek menceritakan tentang anak-anak subjek kepada peneliti, subjek seperti menerawang ke masa lalu dan menahan air matanya. Subjek juga bercerita tentang istri subjek yang diceraikan subjek karena istirnya sering marah-marah dan membentak subjek. Sehingga subjek merasa kesepian karena tidak ada yang merawat serta menemani subjek untuk menjalani masa tua.
 




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Lansia memiliki rentang umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Dalam masa ini para lansia mengalami kemunduran dari berbagai aspek, seperti fisik, ingatan dan kesehatan. Dalam masa ini pula lansia mengalami perasaan yang sangat sensitif seperti anak-anak, yang selalu ingin diperhatikan dan disayang. Dalam kasus yang diobservasi oleh peneliti, peneliti menemukan kemunduran baik secara fisik maupun secara kesehatan yang terjadi pada subjek, seperti pendengaran dan penglihatan subjek yang sangat menurun, serta cepat lelah dan badan subjek sering sakit. Selain itu subjek juga merasakan kekosongan perasaan karena subjek yang tidak pernah dijenguk anak-anaknya selama di panti werdha. Subjek juga merasa kesepian karena tidak ada seorang istri yang mendampingi subjek dimasa tua sekarang ini..

B.     Saran
Begitu pentingnya kita untuk mengetahui perkembangan kemunduran pada lansia agar kita mampu melihat dan memaknai dengan kacamata psikologi pada lansia. Sehingga dimasa depan kita mampu mendedikasikan diri kita untuk membantu para lansia dalam menghadapi masa tuanya dengan memberikan motivasi yang sesuai dengan keadaan lansia tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, B. 2009. Teori Menua. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, pp.3.
Papalia, DE., Old, SW., & Feldman, RD. 2008. Human Development                                                                                                                                                                                               (Psikologi Perkembangan)-Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana

Lampiran 


 Peneliti selesai mengobservasi objek








Nama penghuni Panti Werdha