Minggu, 14 Oktober 2012

Pendekatan Psikologi Islam

Persepsi dalam dunia psikologi kebanyakannya dimonopoli oleh teori-teori dari barat. Menurut M.G. Husain (t.th.) dalam buku Psychology and Society in Islamic Perspective, teori-teori moden ciptaan sarjana-sarjana barat ini lebih menitik beratkan kajian sosial dan budaya manusia tanpa memberi perhatian pengaruh spiritual manusia.
Hassan Langgulung (1986) dalam tulisannya, Perspektif Baru dalam Perkembangan Psikologi Moden: Sumbangan Islam, menyatakan bahawa dalam Islam, jiwa merujuk kepada empat istilah iaitu ‘aql’, ‘nafs’, ‘roh’ dan ‘qalb’. Inilah perbezaan paling ketara antara psikologi barat dan psikologi Islam, kajian terhadap jiwa diutamakan sedangkan di barat, kajian terhadap tingkah laku lebih diutamakan.
Dalam buku Sains Sosial dari Perspektif Islam, Wan Hashim Wan The (1986) menyatakan bahawa teori-teori psikologi dari barat tidak sesuai digunakan untuk mengkaji masyarakat Islam kerana ‘world-view’ Barat tidak sama dengan ‘world-view’ Islam. Oleh itu, teori-teori yang dicipta oleh sarjana barat tidak berdasarkan realiti masyarakat Islam. Sebagai alternatifnya, Hanna Djumhana (1994) dalam buku Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi Islam, menegaskan bahawa prinsip tauhid hendaklah dijadikan pedoman dalam kajian psikologi.
Sarjana-sarjana Islam yakin bahawa perspektif psikologi yang digali dari Al-Quran dan Al-Hadith boleh mempengaruhi perubahan sosial dan masyarakat. Menurut M.G. Husain lagi, manusia berupaya mencapai kehebatan dengan memupuk sifat-sifat yang dikehendaki Allah S.W.T. ke dalam dirinya. Ini kerana objektif dalam kajian psikologi Islam adalah untuk membentuk insan yang lebih berkualiti serta mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Psikologi Islam

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  telah membawa manusia  ke dunia era pemodenan dan globalisasi. Kemajuan ini telah memberi manusia pelbagai kemudahan dalam menjalankan aktiviti kehidupan. Namun di sebalik kemajuan yang berbentuk material sahaja telah menjadikan manusia kehilangan kemajuan dari aspek kerohanian. Memandangkan kemajuan dari aspek material telah mengubah nilai-nilai kehidupan manusia baik dari segi budaya, moral, agama mahupun sosial.
            Justeru itu manusia mulai mengalami pelbagai tekanan, kemurungan dan ketidakseimbangan  sehingga mengalami gangguan jiwa. Pelbagai usaha telah dilakukan bagi mengatasi masalah tersebut termasuk dalam bidang psikologi. Namun secara umumnya psikologi kontemporari tidak mampu mengatasi semua permasalahan mangsa arus kemodenan. Melihat permasalahan ini para ilmuan Islam merasakan perlunya satu pendekatan baru yang lebih komprehensif dan bersifat kekal dalam melihat kewujudan manusia. Oleh itu wujudlah suatu ilmu sebagai suatu pendekatan psikologi berpandukan al-Qur’an dan as-Sunah pada dekat terakhir seperti di Indonesia dan Malaysia iaitu Psikologi Islam.
            Secara historikalnya kewujudan Psikologi Islam merupakan salah satu proses Islamisasi Ilmu yang berlaku di bahagian Timur. Hal ini berlaku apabila bermulanya kritikan terhadap ilmu pengetahuan  yang membawa manusia jauh dari nilai-nilai kemanusiaan pada tahun 1970 . Ilmu pengetahuan berkembang hanya dengan prinsip rasional dan berorientasikan bahan sehingga mengabaikan  nilai-nilai  agama.Ini telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surah Fussilat 41:52. Konsep Islamisasi  ilmu pengetahuan merupakan satu gerakan berlandaskan agama dan sumber ajaran Islam (Al-Qur’an) yang dipelopori oleh Ismail Al-Faruqi dan Muhammad Naquib Al-Attas.
            Islamisasi ilmu menurut takrifan Syed Naquib al-Attas ialah suatu usaha terancang dan beransur-ansur yang akan membuahkan satu masyarakat yang berpegang teguh kepada keseluruhan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan masyarakat (al-Attas, dlm Wan Mohd Nor Wan Daud, 1991). Dengan kelahiran Islamisasi Ilmu ini, merupakan faktor utama banyak berlaku pembetulan teori-teori ilmu dari barat yang sekuler dan materialistik yang wujud termasuk ilmu psikologi moden dengan alternatif baru. Oleh itu bagi al-Attas, Islamisasi Ilmu perlu diperjuangkan sebagai pembebasan diri dari  tradisi tahyul dan pengembalian diri kepada kejadian asal yang fitrah. Maka menurutnya lagi Islamisasi Ilmu perlu bermula dengan langkah Islamisasi akal dan pemikiran melalui Islamisasi bahasa, sesuai sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an dalam surah al-Taubah 11:22.
            Dengan itu psikologi Islam terus berkembang dan di bahas dalam perlbagai conferens diantaranya seperti pada tahun 1975 American Muslim Social Scientist (AMSS) Malik A.Badri membentangkan makalah The Dilemma of Muslim Psychologists, 1977 Word Conference on Muslim Education di Mekah membahaskan Psikologi dalam Perspektif Islam. Di Malaysia Hassan Langgulung menulis buku Pendidikan Islam, Suatu Analisis Sosio-Psikologi (1979) dan Beberapa Tinjauan dalam Pendidikan Islam (1980). Sehingga tahun 2008 telah terbit lebih dari empat puluh judul buku yang membahaskan Psikologi Dalam Perspektif Islam.
            Di antara tokoh Psikologi Islam yang lahir ketika itu menurut Khaidir et.al (2009) seperti Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan (Al-Farabi), Abu Ali Al Husain bin Abdullah (Ibnu Sina), Abu Hassan Ali Al-Basry (Al-Mawardi), Abu Hamid Muhammad bon Muhamad Al-Gazali (Al-Ghazali) dan Abu Bakar Muhamad bin Abdul Malik bin Tufail Al-Qaisy (Ibnu Tufail).
            Kesimpulannya, apabila timbulnya kritikan ilmu dari barat telah membuka ruang kepada ilmuan Islam untuk memberikan  nafas baru kepada disiplin ilmu Islam berdasarkan sumber ajaran Islam (al-Qur’an). Menurut Hassan Langgulung (1979) Pemikiran zaman Yunani telah memberi sumbangan besar terhadap pemikira muslim dan kemajuan peradaban Islam. Walaupun demikian pemikir Muslim tidak serta-merta menerima pandangan dan konsep dari zaman Yunani melainkan melakukan pemilihan dan pengkajian semula berdasarkan ajaran Islam. Dengan memandang manusia sesuai dengan fitrah dan eksistensinya yang meliputi asal kejadian, potensi, kedudukan dan tujuan hidupnya.
http://www.pkukmweb.pdf
http://www.islamic-world.nt/psychology/psy.php?ArtID=203
http://www.psikologi islami-QURANI.mht

Tokoh Psikologi Islam

Profil Psikolog Muslim: Abu Zaid al-Balkhi

Abu Zayd al-Balkhi (235H-322H/849M-934M) yang memiliki nama asli Ahmad ibn Sahl adalah pakar multi disiplin ilmu pengetahuan (polymath). Muhammad ibn Ishaq Abul Faraj al-Nadim atau lebih dikenal dengan Ibn al-Nadim, dalam kitabnya al-Fihrist menyebutkan bahwa al-Balkhi memiliki 41 karya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantaranya di bidang 'Ulum al-Qur'an, Kalam, matematika, geografi, kedokteran, ilmu jiwa, perbandingan agama, politik, sejarah, linguistik, astronomi, sastera dan filsafat. Namun dari karya-karyanya itu, hanya dua kitab yang sampai pada kita, kitab suwar al-aqalim di bidang geografi dan masalih al-abdan wa l-anfus di bidang psikologi.
Al-Balkhi lahir di Syamistiyan, wilayah Balkh (Bactra) dan kini berada di Afghanistan. Ayahnya adalah seorang guru anak-anak. Al-Balkhi tumbuh dewasa dan tinggal di Baghdad selama 8 tahun, di saat kekuasaan Daulah Abbasiyah sudah merosot dan hanya meliputi Baghdad dan sekitarnya. Pada masanya timbul kekacauan politik, sehingga kerusuhan bermunculan di mana-mana.
Namun demikian, kondisi negara yang carut marut di zaman al-Balkhi bukanlah penghalang bagi para ulama untuk mendedikasikan umurnya dalam melanjutkan tradisi ilmu. Bahkan dalam suasana seperti itu bermunculan sejumlah cendekiawan, di antaranya adalah Abu Zayd al-Balkhi.
Al-Balkhi adalah intelektual muslim yang memperkenalkan psikologi Islam dan neuroscience, yakni cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, biokimia, atau biologi molekul jaringan saraf, khususnya yang berkaitan langsung dengan perilaku dan pengetahuan.
Di samping itu, dia juga terkenal sebagai tokoh yang pertamakali menemukan psikologi kognitif dan medis (cognitive and medical psychology). Dialah  orang yang pertamakali membedakan antara sakit saraf (neurosis) dan sakit jiwa (psychosis), serta orang yang pertamakali mengklasifikasikan gangguan saraf (neurotic disorders) dan perintis terapi kognitif (cognitive therapy) dalam rangka mengkaji pengelompokan gangguan penyakit ini.
Psikologi kognitif (cognitive psychology) adalah cabang ilmu psikologi yang menyelidiki proses kejiwaan internal, seperti penyelesaian masalah, daya ingatan dan bahasa. Sedangkan psikologi medis (medical psychology) berarti merujuk pada keahlian praktik pengobatan klinik ahli psikologi. Sementara terapi kognitif (cognitive therapy) adalah pendekatan psikoterapi yang bertujuan mempengaruhi gangguan emosi, perilaku dan kesadaran melalui prosedur yang sistematis.
Al-Balkhi mengelompokkan penyakit saraf dalam empat gangguan kondisi mental-kejiwaan, yaitu ketakutan dan kegelisahan (fear and anxiety), amarah dan penyerangan (anger and aggression), kesedihan dan depresi (sadness and depression), serta obsesi atau gangguan pikiran (obsession).
Lebih lanjut al-Balkhi menggolongkan tiga jenis depresi, yaitu depresi normal atau kesedihan, depresi yang berasal dari dalam tubuh dan depresi yang berasal dari luar tubuh.  Individu yang sehat harus selalu menjaga kesehatan pikiran dan perasaan. Maka menurutnya,  keseimbangan antara pikiran dan tubuh sangat diperlukan untuk memperoleh kesehatan yang prima. Sebaliknya ketimpangan antara keduanya justru akan menimbulkan penyakit. Di samping itu, dia juga memperkenalkan konsep pengobatan yang berlawanan (al-'ilaj bi l-dhid, reciprocal inhibition), di mana konsep ini dikenalkan kembali ribuan tahun kemudian oleh Joseph Wolpe di tahun 1969.
Konsep kesehatan mental dan mental individu, menurutnya,  selalu berhubungkait dengan kesehatan spiritual. Dia adalah orang yang pertamakali berhasil mengkaji bermacam-macam penyakit yang secara langsung mempunyai keterkaitan antara fisik dan jiwa, seperti yang diulasnya dalam kitabnya Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Asupan Badan dan Jiwa).  Al-Balkhi menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani (pengobatan spiritual) untuk menggambarkan kesehatan jiwa, sedangkan untuk menjelaskan pengobatan mental, digunakannya istilah Tibb al-Qalb (pengobatan kalbu).
Al-Balkhi sering mengkritik dokter-dokter di zamannya karena selalu memfokuskan perhatian mereka pada penyakit fisik saja dan mengabaikan penyakit mental dan kejiwaan para pasiennya. Dia berargumen bahwa dikarenakan konstruksi manusia terdiri dari jasmani dan rohani, maka keberadaannya tidak bisa dikatakan sehat tanpa adanya keterjalinan (isytibak) antara jiwa dan badan. Lebih lanjut dia katakan: "Jika badan sakit, jiwa pun akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak bisa merasakan kenikmatan hidup". Sebaliknya dia juga menjelaskan "Jika jiwa sakit, badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan badannya pun bisa jatuh sakit".
Pemikirannya tentang kesehatan mental, digalinya dari al-Qur'an dan Sunnah. Di antaranya adalah QS. 2:10, "Dalam hati mereka ada penyakit". Dan Sabda Nabi: "Ketauhilah! Sesungguhnya dalam badan manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka seluruh badannya akan baik. Tetapi jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badannya. Ketauhilah bahwa ia (segumpal daging) itu adalah kalbu". (HR. al-Bukhari)

Kitab Mashalih al-Abdan wa l-Anfus
Kitab ini membahas tema-tema yang berkenaan dengan kesehatan badan dan jiwa. Kitab Mashalih yang manuskripnya tersimpan di Istambul ini terdiri dari dua bab, yakni Mashalih al-abdan yang mencakup 14 bagian dan masalih al-anfus yang mencakup 8 bagian. Karya ini tergolong penting, mengingat ia adalah karya pertama yang membahas utuh masalah kesehatan. Di samping itu, tema pembahasannya sangat komprehensif, kaya nilai ilmiah dan sistematis.
Dalam penulisannya, al-Balkhi menggunakan metode deduktif (al-manhaj al-istidlali), kausalitas (sababiyyah), terapan, eksperimen dan metode instruksional. Penggunaan metode pembahasan yang integral dengan wahyu, terlihat jelas saat dia tidak hanya mencukupkan kajiannya pada fenomena alam secara empiris, tapi berlanjut pada pembacaan hikmah yang tersembunyi di baliknya. Menurutnya, Sunnatullah berlaku umum untuk semua makhluk-Nya. Dengan demikian al-Balkhi telah membawa teori integral yang disertai penjelasan faktor-faktor kausalitas tentang gangguan kejiwaan yang persis sama dengan karya-karya kontemporer.
Di antara nasehat al-Balkhi yang terkenal, "Kematian adalah keniscayaan, maka janganlah engkau takut padanya. Dan jika engkau takut apa yang akan terjadi setelah kematian, maka perbaikilah dirimu sebelum kematianmu. Takutlah akan kejahatanmu, bukan pada kematianmu!" (la budda minal maut, fa la takhaf minhu, wa in kunta takhaf mimma ba'dal mauti, fa ashlih sya'naka qabla mautika, wa khaf sayyiatika, la mautika).

Tokoh Psikolog Islam

AL-FARABI




Al-Farabi merupakan salah satu ilmuwan Islam, beliau juga dikenal sebagai: fisikawan, kimiawan, filsuf, ahli ilmu logika, ilmu jiwa, metafisika, politik, musik, dll.
Al-Farabi lahir di Farab, tahun 257 H / 870 M dan wafat di Haleb (Aleppo) pada tahun 339 H / 950 M. Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi. Filsuf muslim terkemuka pada zamannya yang sukar dicari padanannya.
Dimasa kecil, ia yang dikenal rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas, belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi di kota kelahirannya, Farab. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dll. Dari Baghdad Al-Farabi kemudian pindah ke Harran (Iran). Disana ia mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa ahli diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis. Hasil karyanya diantaranya buku tentang ilmu logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dll. Tapi kebanyakan karya–karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang dari peredaran. Sekarang yang masih tersisa diperkirakan hanya sekitar 30 buah. Diantara karya–karyanya antara lain :
  1. Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah  (Intisari Buku Metafisika)
  2. Al–Jam’u Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles)
  3. ‘Uyun al Masa’il ( Pokok – pokok persoalan )
  4. Ara’u Ahl al–Madinah (Pikiran – pikiran Penduduk Kota)
  5. Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik Ilmu)
Ketika pergolakan politik di Baghdad memuncak pada tahun 330 H/941 M, al–Farabi merantau ke Haleb (Aleppo), disana ia mendapat perlakuan istimewa dari sultan Dinasti Hamdani yang berkuasa ketika itu, yakni Saifuddawlah. Karena perlakuan baiknya maka al-Farabi tetap tinggal di sana sampai akhir hayatnya.
Jasa Al-Farabi bagi perkembangan ilmu filsafat pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya sangat besar. Menurut berbagai sumber, ia menguasai 70 jenis bahasa dunia, karena itulah al – Farabi dikenal menguasai banyak cabang keilmuan.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, keahliannya yang paling menonjol ialah dalam ilmu *mantik (logika). Kepiawaiannya dibidang ini jauh melebihi gurunya, Aristoteles. Menurut al– Ahwani, pengarang al–Falsafah al– Islamiyyah, besar kemungkinan gelar “Guru Kedua” (al-Mu’allim as–Sani) yang disandang al-Farabi diberikan orang karena kemashurannya dalam bidang ilmu mantik. Dialah orang yang pertama memasukkan ilmu logika kedalam kebudayaan Arab, sebagaimana Aristoteles yang dijuluki “Guru Pertama” (al – Mu’allim al – Awwal) karena dialah yang pertama kali menemukan ilmu logika dengan melatakkan dasar – dasarnya.
Dibidang filsafat, Al-Farabi tergolong ke dalam kelompok filusuf kemanusiaan. Ia lebih mementingkan soal–soal kemanusiaan seperti akhlak (etika), kehidupan intelektual, politik, dan seni.
Filsafat Al-Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat Aristotelesdan Neo–Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran Syiah Imamiah. Dalam soal ilmu mantik dan filsafat fisika, umpamanya ; ia mengikuti pemikiran–pemikiran Aristoteles, sedangkan dalam lapangan metafisika al–Farabi mengikuti jejak Plotinus (205 – 270), seorang tokoh utama Neoplatonisme.
Al-Farabi berkeyakinan penuh bahwa antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan karena sama – sama membawa kepada kebenaran. Namun demikian, ia tetap berhati – hati atau bahkan khawatir kalau – kalau filsafat itu membuat iman seorang menjadi rusak, dan oleh karena itu ia berpendapat seyogianya disamping dirumuskan dengan bahasa yang samar – samar, filsafat juga hendaknya jangan sampai bocor ke tangan orang awam.
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut – urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yangwajib al wujud (Tuhan). Menurut nya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik – baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar – benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada – Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal – yang   timbul dari Tuhan – terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
Selain filsafat emanasi, Al-Farabi juga terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, al-Farabi disebut – sebut sebagai filusuf pertama yang membahas soal kenabian secara lengkap.Al-Farabi berkesimpulan bahwa para nabi / rasul maupun para flusuf sama – sama dapat berkomunikasi dengan akal Fa’’al, yakni akan ke sepuluh (malaikat).Perbedaannya, komunikasi nabi / rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filusuf berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akal Mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada diluar diri manusia.
Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:
  1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
  2. Negara orang – orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
  3. Negara orang – orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh;seperti penduduk utama (
  4. Negara yang berubah – ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
  5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akalFa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.

Wilayah Terapan Psikologi

Wilayah terapan psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.
1. Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak
2. Psikologi industri dan organisasi
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya
3. Psikologi kerekayasaan
Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error)
4. Psikologi klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.


Kajian Psikologi

Kajian psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:
1. Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
  • studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
  • studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
  • studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.


Psikologi sebagai Ilmu Pengetahuan

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.
Laboratorium Wundt
Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Berdirinya Aliran Psikoanalisa
Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.

Metode Psikologi

Metode Psikologi

Beberapa metodologi dalam psikologi, di antaranya sebagai berikut :
  1. Metodologi Eksperimental
    Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen.  Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang - orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih objektif
  2. Observasi Ilmiah
    Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
  3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
    Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaa, sikap - sikap ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. Pada metode ini disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini bersifat subjektif .
  4. Wawancara
    Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik angket atau interview keduanya mempunyai persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview dibandingkan dengan angket  yaitu:
    1. Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas
    2. interviwer(penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee ( responden yang ditanyai)
    3. Terdapat interaksi langsung berupa face to facesehingga diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.
  5. Angket
    Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.
  6. Pemeriksaan Psikologi
    Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
  7. Metode Analisis Karya
    Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar - gambar, buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang .
  8. Metode Statistik
    Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian lalu mengadakan penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat .

Metode Psikologi Perkembangan

Pada Metode Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode umum dan metode khusus. pada metode umum ini pendekatan yang dipakai dengan pendekatan longitudinal, transversal, dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang diperoleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan khususnya kebudayaan.  Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan diselidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat digunakan dengan pendekatan eksperimen dan pengamatan

Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup ( levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika. 


Sejarah Teori Behaviorisme