SEJARAH TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME
Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian
psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun
dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap
behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi
tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.
Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai
perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap
berbagai stimulus yang datang dari luar diri subyek. Secara teoritik, belajar
dalam konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok yaitu: drive, stimulus,
response dan reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive iaitu suatu
mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya
melalui aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang
dapat menyebabkan terjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi
terhadap rangsangan atau stimulus yang diberikan.
Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam
bentuk perilaku yang kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan
kepada subyek belajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan
respons secara berkelanjutan.
Disamping itu, pandangan Pavlov, Thorndike, Watson, dan
Skiner umumnya telah digunakan secara luas sebagai asumsi dalam pengembangan
model-model pembelajaran, maupun dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran
yang berbasis pada teori behaviorisme
Aliran psikologi behaviorisme dicirikan dengan pengkajian
mendalam tentang stimulus dan respond. Psikolog yang terkait didalamnya antara
lain, Ivan Pavlov, I.B. Watson, Skinner, dan E.L. Thorndike.
Berdasarkan penelitian Pavlov di Rusia terhadap seekor
anjing, lahirlah sebuah teori yang terkenal yakni : classical
conditioning. Teori tersebut menyatakan bahwa setiap organisme,
perilakunya terjadi secara refleks, dan dibatasi oleh rangsangan sederhana dan
bersifat mekanis. Teori ini menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi
melalui bentuk hubungan antara peristiwa dalam lingkungan dengan individu pada
saat proses belajar berlangsung. Secara psikologis, peristiwa yang terjadi
dalam lingkungan itu disebut sebagai stimulus (S),
sedangkan perilaku yang terkena stimulus, disebut respon
(R).
Selain di Rusia, aliran behaviorisme juga ada di Amerika Serikat. Ilmuan yang bertanggungjawab memperkenalkannya adalah J.B. Watson. Beliau terkenal dengan ucapannya : “berikanlah kepada saya 10 orang anak (bayi), maka akan saya jadikan ke-10 anak itu sesuai kehendak saya”. Artinya, Watson meyakini bahwa dengan memberikan proses kondisioner tertentu dalam proses pendidikan, ia dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu.
Selain di Rusia, aliran behaviorisme juga ada di Amerika Serikat. Ilmuan yang bertanggungjawab memperkenalkannya adalah J.B. Watson. Beliau terkenal dengan ucapannya : “berikanlah kepada saya 10 orang anak (bayi), maka akan saya jadikan ke-10 anak itu sesuai kehendak saya”. Artinya, Watson meyakini bahwa dengan memberikan proses kondisioner tertentu dalam proses pendidikan, ia dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu.
Sementara itu, penelitian Pavlov juga telah merangsang peneliti
Amerika Serikat yang lainnya, bernama E.L. Thorndike. Hasil penelitian yang
menggunakan kucing, melahirlah teori law of effect
atau dijuluki S-R bond theory. Thorndike menyatakan bahwa
respon akan diperkuat jika diikuti oleh kesenangan, dan dilemahkan jika diikuti
oleh ketidaksenangan. Prinsip yang hadir adalah reinforcement (penguatan). Jika
sesuatu tindakan yang didikuti suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan perbuatan itu diulangi, dan akan meningkat. Latihan dan pengulangan
dilakukan untuk mencapai kemahiran, seperti pada slogan practice
make perfect. Makna yang terkandung adalah, semakin kuat stimulus,
maka semakin kuat respon.
Teori law of effect Thorndike, kemudian diperluas oleh
Skinner yang dikenal sebagai seorang behaviorisme radikal. Teori yang
dihasilkan adalah operant conditioning. Teori tersebut membahas tentang
penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
untuk mengubah perilaku. Prinsip reinforcement menjadi fokusnya. Beliau meyakini
bahwa, perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah
akibat dari respon terhadap kejadian eksternal. Artinya, kita menjadi seperti
apa yang diinginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan itu.
Bagi Skinner, hal yang utama dalam membentuk kepribadian seseorang adalah
dengan memberikan : reward dan punishment.
Behaviorisme classic dan new behaviorisme yang disebut
sebagai masih satu aliran, yakni aliran behaviorisme, telah membawa kemajuan
sekaligus keberatan-keberatan. Behaviorisme telah berperan besar dalam
mengasilkan sebuah psikologi hewan. Pada manusia, behaviorisme memiliki
sumbangsih bagaimana mendidik anak atau merubah perilaku. Sedangkan keberatan
yang diutarakan adalah, behaviorisme terlalu mekanis yang diibaratkan sebagai
sebuah mesin reksi. Namun demikian, behaviorisme telah mengawali sebuah
psikologi yang mandiri, berdiri sebagai sebuah ilmu.
Teori Behaviorisme
Oleh: Dede Syarifudin
Teori Behaviorisme atau associationism theory
merupakan salah satu teori yang lahir pada akhir abad sembilan belas dan awal
abad dua puluh. Teori ini dimulai oleh Pavlov (1849-1936 M) yang telah
melakukan serangkaian eksperimen, bagaimana respon lahir berkat adanya
stimulus. Hasil eksperimannya menjadi salah satu cabang aliran behaviorisme,
yaitu aliran classical conditioning (pembiasaan klasik).
J.B. Watson (1878-1958 M) merupakan peletak dasar dan tokoh
utama dalam teori behaviorisme. Menurutnya, objek penelitian psikologi itu
hanya terbatas pada studi perlaku lahir manusia. Penelitian psikologi juga
menjauhi hal-hal yang tidak bisa diketahui oleh indera termasuk akal, pikiran,
kecerdasan, dan yang berhubungan dengan akal pikiran.
Tokoh terkenal lainnya dalam teori ini adalah Skinner, ia
membatasi ilmu jiwa sebagai studi yang mengkaji tingkah laku sebagai objek
penelitian. Tingkah laku didefinisikan sebagai sesuatu yang lahir dari makhluk
hidup, termasuk manusia. Tingkah laku dapat dikontrol, diamati, dan dievaluasi
secara objektif. Penganut teori behaviorisme harus memperhatikan hubungan
antara stimulus (peristiwa yang terjadi di suatu lingkungan) dengan perilaku
makhluk hidup (respon, reaksi, gerak balas). Caranya, yaitu dengan mengamati
bagaimana stimulus dapat mempengaruhi tingkah laku.
Edward L. Thorndike (1874-1949), menambahkan kaidah
pembiasaan klasik (the law of exercise) ke dalam teori ini. Ia
menamakannya hukum efek atau akibat (the law of effect). Menurut
Thorndike dan Skinner, pemberian sanksi terhadap peserta didik akan melemahkan
hubungan pembelajaran bahkan berdampak negatif terhadap peserta didik, yaitu
lupa terhadap unsur yang diajarkan.
Para pendukung teori ini menghasilkan beberapa hukum, antara
lain: hukum penghubungan yang dikondisikan, hukum pengulangan, hukum transfer
hasil belajar, hukum pemadaman atau pengurangan hasil pembiasaan (hukum jarang
guna), hukum hasil pembelajaran atau latihan. Hukum ini diaplikasikan di
sekolah dan sangat berpengaruh terhadap hasil evaluasi belajar serta evaluasi
aspek kepribadian siswa, termasuk perbedaan antara siswa yang satu dengan yang
lainnya.
Teori Behaviorisme
dan Pemerolehan Bahasa Ibu
Untuk mendukung teori Pavlov dan Watson, para pakar
psikologi Amerika mengaplikasikan hukum behaviorisme terhadap pemerolehan
bahasa dan pembelajarannya berdasarkan bahwa pemerolehan bahasa tidak berbeda
dengan pemerolehan tingkah laku lainnya, begitu juga dalam hal belajar.
Skinner, dalam bukunya Behavior Modification
(Memodifikasi Tingkah Laku) menjelaskan pendapat dan teorinya dalam mempelajari
pengalaman pengetahuan dan yang berkaitan dengan upaya mengubah tingkah laku
dan kebiasaan. Ia menggunakan istilah baru, yaitu verbal behavior
(tingkah laku verbal). Teori ini memusatkan perhatian pada aktivitas bahasa
yang bersifat lahir, bukan bahasa yang bersifat komplek. Mereka berpendapat bahwa
seorang anak dalam pemerolehan bahasa bersifat pasif, oleh karena itu mereka
mengkonsentrasikan pada lingkungan yang ada di sekitar kehidupan anak.
Skinner dan penganut aliran behaviorisme lainnya tidak
mempercayai pentingnya aktivitas berfikir saat belajar bahasa, karena tidak
bisa diukur dan dianalisis. Mereka hanya memusatkan perhatian pada performance
bahasa, tidak memperhatikan competence bahasa yang menjadi perhatian aliran
kognitif. Dalam teori verbal behavior ia menganalisis fungsi perilaku verbal
dan menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku tersebut dengan
maksud mengetahui respon verbal atau reaksi balik secara lisan dari lawan
bicara. Menurutnya, bahasa merupakan kemahiran (keahlian) yang berkembang
dengan jalan trial and error (mencoba dan salah). Reaksi
dan respons yang baik hendaknya disertai oleh reinforcement (penguatan
positif). Skinner mengungkapkan tiga cara untuk mengulang respons anak, di
antaranya:
Pengucapan lafal yang dilakukan oleh orang-orang di
sekitarnya.
Mengucapkan lafal serampangan, artinya lafal itu dihubungkan
dengan sesuatu makna atau pemahaman yang dimilikinya.
Anak mengulang kembali apa yang ia lihat.
Teori Behaviorisme
dan Studi Bahasa
Teori psikolinguistik merupakan perpaduan antara teori
psikologi dan linguistik. Psikologi dijadikan sebagai parameter untuk melihat
karakteristik bahasa, mendeskripsikan, dan kemudian menganalisisnya. Demikian
juga parameter dalam memperloleh dan mempelajarinya serta cara mengajarkannya.
Atas dasar itu, teori bahasa dikenal dengan teori struktural berdasarkan teori
behaviorisme dalam psikologi.
Teori Struktural
Pada akhir abad ke-19, lahirlah teori bahasa yang dikenal
dengan aliran analisis struktural (structuralism). Aliran ini didirikan
oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913 M). Teori ini merupakan catatan kuliah
yang kemudian tertulis dalam sebuah buku berjudul Cours de Linguistiqu
Generate (materi kuliah linguistik umum). Untuk menjelaskan analisis
strukturalnya, ia menggunakan tiga fase. Pertama, memusatkan perhatian pada
tata bahasa tradisional (traditional grammar), yang berdasarkan logika. Kedua,
memusatkan pada filologi dan studi teks dengan cara menafsirkan dan
mengomentarinya. Ketiga, memusatkan perhatian terhadap filologi perbandingan (comparative
philology).
Saussure menjelaskan metodenya dengan mengatakan bahwa studi
bahasa yang ditemukannya berdasarkan atas asas bahwa objek linguistik
satu-satunya yang valid adalah mempelajari bahasa dengan objek penelitian
bahasa dan kepentingan untuk bahasa itu sendiri. Metodenya juga membahas bahasa
sebagai bahasa, sebagaimana adanya, dan mempelajari apa yang tampak darinya.
Aliran deskriptif struktural dikenal dengan aliran Genewa (Geneva
School), yang melakukan penjelasan sebagai berikut:
Saussure membedakan objek ilmu, yaitu bahasa sebagai
perkataan manusia. Ia membedakan tiga istilah: La Parol, La
Langage, dan La Langue. La Parol merujuk pada perkataan
yang bersumber dari orang tertentu. La Langage merupakan himpunan perkataan
seseorang dan kaidah universal bahasa manusia dimana bahasa sebagai
pengertiannya yang umum. La Langue adalah bahasa tertentu. Ia memusatkan perhatian
pada bahasa tertentu. Menurutnya, bahaa merupakan fenomena kemasyarakatan yang
bersifat umum. Sebenarnya, ia terpengaruhi oleh sosiolog modern, Emile Durkheim
(1858-1917). Durkheim berpandangan bahwa peristiwa-peristiwa sosial merupakan
sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain, yang dipelajari dalam ilmu alam.
Bahasa adalah sebuah sistem yang terdiri dari tanda-tanda
bahasa (the linguistic sign) berupa gambar bunyi,
dinamakan ad-daal (yang menunjukkan) yang menyatu dengan
penggambaran fikiran dinamakan al-madlul (yang ditunjukkan). Hubungan
ini bersifat simbolis, kesepakatan, dan arbitrer. Dengan kata lain, dipilih
secara acak dan tidak ada hubungan logis antara keduanya. Menurut Saussure,
tanda ini mencakup bunyi, kata, klausa, dan kalimat.
Sistem bahasa terdiri dari unsur dalam dan hubungan luar.
Unsur dalam tercermin pada sistem dalam suatu bahasa dan hubungan luar
tercermin pada studi hubungan antara bahasa dan hal yang mempengaruhinya
seperti ilmu jiwa, peradaban, sosiologi, dan sejarah.
Metode deskripsi ini diistilahkan synchronic,
kebalikan dari metode historis komparatif atau diachronic. Kajian deskriptif
terhadap bahasa adalah mengkaji hubungan masing-masing unsur internal bahasa
dengan unsur lain dari sistem bahasa.
Pentingnya menggunakan metode penelitian ilmiah untuk
menganalisis dan mendeskripsikan bahasa, terutama matematika.
Para ahli bahasa yang menggunakan metode ini seperti N.
Trubetzkoy (1890-1938 M) dan R. Jakobson (1896-1982 M). Mereka membentuk aliran
struktural tersendiri dalam menganalisis bahasa yang dikenal dengan nama Prague
School. Aliran ini sesuai dengan pokok-pokok teori aliran Geneva. Mereka
membedakan ilmu fonetik dan filologi, fokus terhadap aspek fungsional bahasa.
Aliran lain adalah Copenhagin School oleh Lois Helmslev (1899-1965 M) dan Otto
Jesperson (1869-1930 M). Helmslev lebih banyak menggunakan dasar-dasar
matematika formal dalam membuat istilah baru, namun ia sendiri sulit untuk
menjelaskannya sehingga teori ini terbatas.
Di Amerika Serikat muncul aliran struktural baru yang
memiliki ciri dan keistimewaan tersendiri, yang lebih dikenal dengan nama
Bloomfielian School yang dipimpin oleh antroplog F. Boas (1858-1948 M). ia
menggunakan metode baru untuk menganalisis dan mendeskripsikan bahasa yang
sesuai dengan karakteristik bahasa baru termasuk budayanya.
Tokoh utama lain aliran struktural ialah Edward Sapir
(1884-1933 M), ia berorientasi pada studi lapangan dalam mengkaji bahasa,
menyatukan antara bahasa dan antroplogi, serta menggunakan manusia sebagai
sumber rujukan dalam menghimpun materi bahasanya, yaitu menggunakan penutur
asli sebagai informant terhadap bahasa yang akan dijadikan objek penelitian.
Menurutnya, ucapan seseorang adalah sesuatu yang bisa diamati dan dianalisis
dan bahasa adalah bagian pokok dari kebudayaan dalam pengertian yang luas.
Metodenya berpengaruh pada struktur luar bahasa yang didasarkan penutur bahasa
dengan berkomunikasi langsung dengan mereka. Ia hanya memfokuskan studi bentuk
lahiriah bahasa, tidak berdasarkan makna dan apa yang difikirkan oleh penutur.
Struktur bahasa menurutnya ada tiga, yaitu unsur tata bahasa dasar (nahwu
asasi), kata, dan kalimat. Perhatiannya terfokus pada ide pola bahasa (linguistic
patterns), pola bahasa itulah yang lebih layak dipelajari karena sangat
penting bagi kehidupan bahasa, begitu pula dalam berkomunikasi. Pola bahasa
yang dimaksud adalah ciri-ciri atau sifat dasar yang dibawa oleh manusia
sebagai sistem bahasanya, yanb berbeda dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan
realitas seperti yang ada dalam materi bahasa lisan.
Leonart Bloomfield (1887-1949) menginginkan kajian bahasa
sebagai studi ilmiah mandiri dan komitmen terhadap metode struktural
deskriptif. Studi bahasa hendaknya bersifat deskriptif induktif. Umumnya orang
berbicara sehari-hari menggunakan bahasa lisan tanpa melihat bahasa tulis atau
bahasa baku. Menurutnya, hanya bentuk lahiriah yang bisa dianalisis oleh metode
ilmiah menurut pemahaman yang ia bentuk, kemudian memperhatikannya. Ia lebih
memfokuskan diri pada studi perubahan unsur bahasa di dalam struiktur bahasa,
tempat dan letak kata ditempatkan. Peletakkan kata itu dikenal dengan istilah distributionalism
(metode kajian distribusional). Metode distributional adalah metode kajian
dalam analisis bahasa yang memberi perhatian penuh terhadap kajian unsur luar
bahasa se4perti fonem, mofem, silabel dan kata. Metode ini melihat unsur
terkecil dari yang lebih besar. Distribusi unsur-unsur kalimat dalam struktur
bahasa menghasilkan makna substitusi (penggantian).
Contoh kata mobil dan kuda, keduanya memiliki distribusi
yang sama karena berada dalam tingkatan bahasa yang sama, yaitu kata benda (isim).
Artinya, kedua kata itu bisa berkedudukan sama dalam suatu kalimat. Kalimat ركبت
السيارة
(saya mengendarai mobil) atau ركبت
الفرس
(saya menunggangi kuda). Kedua kata ini dapat
didistribusikan karena kedua adalah kata benda. Dalam tataran fonem, kita dapat
melihat fonem ص
dan س
juga memiliki distribusi yang sama. Fonem ص
dapat didistribusikan ke dalam kata سار menjadi صار.
Metode ini didapatkan dari kaidah bahasa Arab terhadap unsur
bahasa seperti definisi tentang isim, fi'il, dan huruf. Isim dikenal karena
dapat menerima jar, tanwin, huruf nida dan alif lam (ال). Fi'il dapat dikenali dengan ciri-ciri
khusus seperti ta, ta mutakallim, ta ghaibah, ya mukhatabah, dan nun niswah.
Sedangkan huruf dapat dikenali karena tidak dapat menerima tanda khusus seperti
pada isim dan fi'il.
Morfem, sebagai satuan bahasa terkecil yang memiliki makna
atau fungsi gramatikal muncul karena metode distribusional seperti (ون) sebagai morfem jamak mudzakar salim dalam
keadaan rafa', atau (ين) dalam keadaan nasab dan jar, seperti
contoh المسلمون المسلمين. Huruf (ت) dalam fi'il sebagai morfem dalam mufrad
mukhatabah dan murodah ghaibah fi'il mudhari. Seperti dalam kata تضرب yang kemudian huruf ta-nya didistribusikan
oleh (ي)
sebagai morfem mufrad ghaib menjadi يضرب. Begitu pula tanwin dalam رجلٌ atau alif lam dalam الرجل. Morfem-morfem tersebut merupakan morfem
terikat (bound morphemes)
Dengan pemahaman tradisional lahirlah constituent analysis
immeiate (analisis bahawan langsung). Metode ini berdasarkan asas bahwa
jumlah atau kalimat tidaklah bergaris horizontal yang tersusun dari kata-kata
yang berjejer, tetapi tersusun rapi dalam bentuk tertentu. Contoh dalam kalimat
زيد الصغير
حفظ القرآن .
Konsep dasar metode ini adalah mengklasifikasikan bahasa
pada tiga sistem pokok, yaitu ashwat (fonetik), mufradat (kata),
dan qawa'id (sintaksis). Sistem qawaid memiliki beberapa tingkatan
diantaranya: morfem (murfim), kata (kalimah), frasa ('ibarah),
klausa (jumlah), kalimat (kalam), dan wacana (fiqrah).
Dalam metode ini, kalimat merupakan kumpulan posisi yang mabni (tetap)
atau mu'rab (berubah). Posisi itu berupa fi'il, fa'il, dan maf'ul bih
atau mubtada khabar.
Teori Struktural dan
Bahasa Arab.
Kajian bahasa di Barat memiliki hubungan dengan para
linguistik Arab terjadi pada abad ke-19 M. Namun, metode deskriptif struktural
mulai ditransfer pada paruh kedua abad ke-20 M, tepatnya ketika Dr. Ibrahim
Anis, linguistik Arab pertama, berhasil menyelesaikan pendidikannya di
Universitas London. Ia berhasi menyusun tiga buku, yaitu al ashwat
al arabiyah (fonetik bahasa Arab), fii al lahjat
al arabiyah (dialek bahasa arab), dan dilalah al alfadz
(semantik).
Banyak linguis Arab yang menerbitkan buku bahasa yang
menyajikan materi dan metode ilmiah. Mereka bersepakat mengkritisi metode para
ahli nahwu Arab dalam meletakkan kaidah bahasa Arab. Mereka juga mempraktikkan
metode deskriptif struktural terhadap bahasa Arab. Menurut mereka, nahwu Arab
telah dipengaruhi oleh logika Aristoteles karena fokus terhadap ta'lil, taqdir,
dan ta'wil. Sedangkan penggunaan bahasa orang Arab terdahulu tidak
diperhatikan. Mereka juga berpendapat bahwa buku nahwu bahasa Arab tidak berani
membedakan tingkatan analisis bahasa (tahlil lughawi). Bahkan
bahasa Arab mencampuradukkan fonetik, fonologi, dan sintaksis (ashwat, sharaf,
dan nahwu).
Pembahasan mereka dalam kajian bahasa Arab bersifat tematik
dengan menunjukkan adanya pendeskripsian struktur-struktur bahasa. Metode ini
berdampak positif pada bahasa Arab, namun keberhasilan ini hanya dalam aspek
aplikasi, yakni di bidang pengajaran bahasa Arab kepada orang Arab.
Teori struktural ini berkembang hingga akhir tahun kelima
abad ke-20 M. Lalu, Noam Chomsky mengemukakan teori generatif transformasinya
dalam buku yang berjudul syntactic structures yang terbit tahun 1957 M. Teori
ini merupakan revolusi terhadap aliran struktural. Chomsky membuktikan bahwa
deskripsi bahasa manapun yang sesuai dengan konsep analisis struktural lahir
merupakan hal yang sangat rumit, tidak cukup menafsirkan semua kalimat shahih
dalam suatu bahasa dengan sempurna. Menurutnya, deskripsi ini hanya
berinteraksi dengan struktur lahirnya saja, sedangkan struktur batinnya tidak.
Ia menambahkan bahwa bahasa adalah aktivitas akal, yang membedakan antara
manusia dan hewan. Atas dasar itu, tujuan teori bahasa adalah mempelajari aspek
akal atau intelektual manusia, dan melihat kemampuannya dalam berbahasa.
Menurut Chomsky, nahwu adalah kaidah yang berdasarkan pada
hubungan antara struktur batin – struktur bahasa dalam – dengan penampilan
lahir kalimat seperti dalam bentuk tuturan (kalam). Mempelajari struktur
bahasa memerlukan hubungan di dalamnya, bukan dari aspek kalimat, melainkan
hubungan pemikiran dan pengetahuan (tashwiriyah idrakiyah) yang
di dalamnya terdapat peran akal manusia.
Teori Behaviorisme
Struktural dan Pembelajaran Bahasa Asing
Kaum behvioris memandang bahwa bahasa adalah adat kebiasaan
yang mudah dikontrol dan dikuasai, bagian tingkah laku manusia yang dibentuk
oleh pengaruh lingkungan. Lingkungan itu adalah lingkungan alami, seperti anak
yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama kedua orangtuanya. Kemudian
berlanjut para pendidik, guru, saudara-saudara, teman-teman, media (audio atau
audio visual). Dalam tataran pendidikan, lingkungan itu berbentuk kurikulum
beserta elemennya, yaitu guru, buku ajar, metode pengajaran, ruang kelas, dan
aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan kosep ini, pemerolehan bahasa memerlukan proses
belajar dan latihan. Namun untuk belajar pertama, seorang anak tidak perlu
pergi ke sekolah, ia hanya melakukan proses belajarnya saja.
Skinner berpendapat bahwa bahasa memiliki karakteristik
tersendiri. Bahasa menurutnya bukanlah fenomena akal, tetapi juga tingkah laku
manusia. Ia berusaha menafsirkan tingkah laku bahasa berdasarkan tingkah laku
dalam ilmu jiwa. Dalam bukunya yang berjudul Verbal Behavior
(tingkah laku bahasa) ia menjelaskan bahwa belajar bahasa tidak lain hanya
belajar tingkah laku tertentu dengan cara menguasai stimulus.
Tidak sebatas pandangan dan teori, tetapi pertemuan dua
aliran ini juga berbentuk hasil praktek. Pada tahun 1950-an lahirlah struktur
behavior di bidang pengajaran bahasa asing. Aliran ini dikenal dengan
menggunakan aural-oral approach (pendekatan dengan pendengaran dan
pengucapan). Teori ini populer di Amerika Serikat karena untuk penetingan
militer, politik, dan keamanan. Program ini terfokus pada bahasa komunikasi,
mendahulukan kemahiran mendengar dan mengucap. Contoh latihan dalam pengajaran
ini disebut pattern drills.
Pattern drills merupakan metode pengajaran
susunan kata dan kalimat secara gramatikal. Caranya, dengan mengulang susunan
kata atau kalimat dalam jumlah banyak. Dan mengubah unsur kalimat dengan
mendestribusikannya. Misalnya, dalam kalimat atau klausa أكل
الولد الطعام (anak laki-laki
telah makan). Selain itu membiasakan melalui unconscious
(ketidaksadaran), yaitu membatinkannya ke dalam fikiran dan jiwa siswa secara
tidak langsung.
Perbedaan frekuensi adalah kesulitan yang dihadapi oleh
pelajar bahasa asing. Kesulitan lain adalah perbedaan sistem-sistem struktur
yang ada pada kedua bahasa, yakni bahasa ibu dan bahasa sasaran. Misalnya
perbedaan pada ashwat (fonetik), sharaf (morfologi), nahwu
(sintaksis) atau dialah (semantik). Karena itu fokus pada hasil studi
kontrastif (dirasah taqabuliyah) kemudian pentingnya tadakhul
lughawi (interferensi bahasa) antara dua bahasa.
Salah satu metode yang paling populer adalah audio-lingual
method yang mendominasi pengajaran bahasa sejak lahir 1950-an hingga
pertengahan abad ke-20 M. Di bawah ini merupakan ciri-ciri audio-lingual
method:
Bahasa adalah gejala lisan yang terucap dan tidak tertulis.
Karena itu dua keahlian, yaitu mendengar dan mengucap daripada membaca dan
menulis.
Setiap bahasa memiliki sistem tersendiri untuk mengungkapkan
segala ide atau fikiran. Konsep ini mementingkan analisis kontrastif antara
bahasa ibu dan sasaran dan analisis kesalahan (error analysis).
Bahasa adalah tingkah laku yang dipengaruhi oleh stimulus.
Bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh penutur secara
alami dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajar bahasa hendaknya mengajarkan bahasa itu sendiri.
Pengajar hendaknya menyajikan unsur bahasa secara gradual
atau berangsur-angsur dalam memberikan contoh bahasa.
Contoh latihan pattern drills dibuat dengan beragam bentuk,
mulai dari pengulangan kata, mengubah, mengganti, menyermpurnakan tempat
kosong, dan mencari menjawab pertanyaan.
Tak lama setelah teori ini muncullah teori kognitif (cognitive
theory) dan teori generatif transformasi. Di lapangan telah dikenal pula
aliran metode lainnya, seperti direct method (metode langsung),
dan natural method (metode alami).
Metode audio lingual ini diterima oleh non Arab karena tiga
hal, di antaranya:
1.
Tersebarnya metode audio lingual karena memiliki hubungan erat dengan
metode struktural behavior.
2.
Metode audio lingual muncul sebagai metode yang paling populer di bidang
pengajaran bahasa yang hidup.
Para linguis merasa puas dengan konsep yang dibawa oleh
teori ini, yaitu dengan teori struktural-deskriptif yang menyatu dengan
pandangan behaviorisme.
Behaviorisme
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut
Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme —
termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai
perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan
secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan
bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada
perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan)
dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Tokoh-tokoh
terkenal tentang masalah ini diantaranya adalah:
John B. Watson, dan
John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Setelah
memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan
filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago.
Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena
pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang
psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun
1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins
University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis
karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology
as the Behaviorists Views it”.
Dalam
karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a. Psikologi adalah cabang eksperimental dari
natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika
sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
b. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya
membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu
halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek
psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup
psikologi.
c. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah
perilaku nyata.
Pandangan utama Watson
1.
Psikologi mempelajari stimulus dan
respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di
lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun
yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana
hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt
dan covert, learned dan unlearned
2. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan)
sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar
sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat
ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian
pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh
faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson
sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu
yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan
berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai
obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah
ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi
mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total
terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat
banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi
populer.
4.
Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris.
Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan
verbal reports.
5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting,
mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik
anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali
kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6.
Sebaliknya, konsep learning adalah
sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme
lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang
ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung
conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka
habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada
percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari
Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7. Pandangannya tentang memory membawanya pada
pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat
dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan
kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah
kebutuhan.
8. Proses thinking and speech terkait erat.
Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada
keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak
terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir
atau gesture lainnya.
9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
2.1 Teori Behaviorisme versi Ivan P. Pavlov
Teori ini mengatakan bahwa setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas. Gerak balas ialah apa sahaja tingkah laku yang timbul akibat daripada rangsangan. Manakala rangsangan pula adalah apa sahaja bentuk tenaga yang menimbulkan gerak balas pembelajaran boleh berlaku akibat kaitan di antara rangsangan dengan gerak balas. Rangsangan juga boleh dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk mendatangkan pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku karena perkaitan di namakan pelaziman manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di namakan pelaziman klasik.
Sebagai contoh apabila guru memberikan arahan supaya murid mengangkat tangan, maka murid dengan cepat akan mengangkat tangannya. Arahan ialah rangsangan, manakala tindakan mengangkat tangan ialah gerak balas. Hasil daripada kajiannya, Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran boleh berlaku kesan daripada kaitan antara rangsangan dengan gerakbalas. Pembelajaran yang berlaku melalui perkaitan tersebut dinamakan sebagai pelaziman dan pembelajaran yang berlaku akibat dua ransangan ini dikenali sebagai pelaziman klasik. Pelaziman klasik ini termasuklah mengaitkan simbol-simbol dengan apa yang dilambangkan, mengaitkan nama dengan watak, mengaitkan istilah teknik di dalam fisik dengan apa yang dimaksudkan atau mengaitkan tarik dengan peristiwa
Menurut Ragbir Kaur Joginder Singh (2010), beliau menyatakan bahawa terdapat tiga prinsip asas di dalam eksperimen Ivan Pavlov. Prinsip tersebut ialah:
1. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
2. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
3. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan dinamakan pelaziman
Teori ini mengatakan bahwa setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas. Gerak balas ialah apa sahaja tingkah laku yang timbul akibat daripada rangsangan. Manakala rangsangan pula adalah apa sahaja bentuk tenaga yang menimbulkan gerak balas pembelajaran boleh berlaku akibat kaitan di antara rangsangan dengan gerak balas. Rangsangan juga boleh dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk mendatangkan pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku karena perkaitan di namakan pelaziman manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di namakan pelaziman klasik.
Sebagai contoh apabila guru memberikan arahan supaya murid mengangkat tangan, maka murid dengan cepat akan mengangkat tangannya. Arahan ialah rangsangan, manakala tindakan mengangkat tangan ialah gerak balas. Hasil daripada kajiannya, Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran boleh berlaku kesan daripada kaitan antara rangsangan dengan gerakbalas. Pembelajaran yang berlaku melalui perkaitan tersebut dinamakan sebagai pelaziman dan pembelajaran yang berlaku akibat dua ransangan ini dikenali sebagai pelaziman klasik. Pelaziman klasik ini termasuklah mengaitkan simbol-simbol dengan apa yang dilambangkan, mengaitkan nama dengan watak, mengaitkan istilah teknik di dalam fisik dengan apa yang dimaksudkan atau mengaitkan tarik dengan peristiwa
Menurut Ragbir Kaur Joginder Singh (2010), beliau menyatakan bahawa terdapat tiga prinsip asas di dalam eksperimen Ivan Pavlov. Prinsip tersebut ialah:
1. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
2. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
3. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan dinamakan pelaziman
2.2 Teori pelaziman klasik Ivan Pavlov
Teori pelaziman klasik adalah tentang tingkah laku pembelajaran yang telah dipelopori oleh Ivan Pavlov ( 1849-1936). Pada tahun 1980-an. Pavlov mengkaji fungsi pencernaan pada anjing dengan melakukan pemerhatian pada kelenjar air liur. Dengan cara itu, beliau dapat mengumpulkan, menyukat dan menganalisis air liur hewan itu dan bagaimana ia dapat diberikan makanan pada keadaan yang berbeda. Beliau sadar anjing akan mengeluarkan air liur sebelum makanan sampai ke mulutnya dan mencari hubungan timbal balik antara air liur dengan aktiviti perut. Pavlov hendak melihat rangsangan luar dapat mempengaruhi proses ini. Oleh itu contoh paling awal dan terkenal bagi pelaziman klasik melibatkan pelaziman air liur pada anjing kajian Pavlov.
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan:
Pertama, apabila anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak Terlazim – RTT ) maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur( Gerakbalas Tidak Terlazim – GTT ).
Kedua, Jika loceng dibunyikan ( Ransangan neutral – RN ) maka anjing tidak memberi respon atau mengeluarkan air liur.
Ketiga, Dalam eksperimen ini anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak
Terlazim – RTT ) setelah mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) terlebih dahulu, anjing akan mengeluarkan air liur akibat pemberian makanan.
Keempat. Setelah perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) tanpa diberikan
makanan, secara automatik anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air
liur dari mulutnya ( GerakbalasTerlazim – GT ).
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
Konsep Keterangan
Ransangan tidak terlazim sesuatu yang mampu menghasilkan suatu gerak balas.
Contoh: makanan
Gerak balas tidak terlazim sesuatu yang dihasilkan oleh sesuatu rangsangan.
Contoh: lelehan air liur
Ransangan terlazim ransangan yang baru yang diberi bersama ransangan lama.
Contoh: loceng
Gerak balas terlazim Gerak balas yang dihasilkan oleh ransangan baru setelah dipadankan dengan ransangan lama.
Contoh: lelehan air liur
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Kerana pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
2.3 Contoh Dalam Kehidupan Nyata
Menurut Brennan, James F. 2006 dalam bukunya Sejarah dan Sistem Psikologi, sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka ” dengan coklat (RTT), setiap kali anda bertemu (GTT) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara automatik dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara automatik pasangan anda akan sangat suka dengan anda, hal ini dapat terjadi pembentukan perilaku antara (RTT), (GTT), (RT), dan (GT) seperti eksperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.
Daftar Pustaka
Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan Pebelajaran Bahasa. Bandung. Citapustaka Media Perintis
Brown. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.
http://peoplelearn.homestead.com/psychlearncontent2a.html,
http://teori behavioristik versi Ivan Pavlov. Html
Teori pelaziman klasik adalah tentang tingkah laku pembelajaran yang telah dipelopori oleh Ivan Pavlov ( 1849-1936). Pada tahun 1980-an. Pavlov mengkaji fungsi pencernaan pada anjing dengan melakukan pemerhatian pada kelenjar air liur. Dengan cara itu, beliau dapat mengumpulkan, menyukat dan menganalisis air liur hewan itu dan bagaimana ia dapat diberikan makanan pada keadaan yang berbeda. Beliau sadar anjing akan mengeluarkan air liur sebelum makanan sampai ke mulutnya dan mencari hubungan timbal balik antara air liur dengan aktiviti perut. Pavlov hendak melihat rangsangan luar dapat mempengaruhi proses ini. Oleh itu contoh paling awal dan terkenal bagi pelaziman klasik melibatkan pelaziman air liur pada anjing kajian Pavlov.
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan:
Pertama, apabila anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak Terlazim – RTT ) maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur( Gerakbalas Tidak Terlazim – GTT ).
Kedua, Jika loceng dibunyikan ( Ransangan neutral – RN ) maka anjing tidak memberi respon atau mengeluarkan air liur.
Ketiga, Dalam eksperimen ini anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak
Terlazim – RTT ) setelah mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) terlebih dahulu, anjing akan mengeluarkan air liur akibat pemberian makanan.
Keempat. Setelah perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) tanpa diberikan
makanan, secara automatik anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air
liur dari mulutnya ( GerakbalasTerlazim – GT ).
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
Konsep Keterangan
Ransangan tidak terlazim sesuatu yang mampu menghasilkan suatu gerak balas.
Contoh: makanan
Gerak balas tidak terlazim sesuatu yang dihasilkan oleh sesuatu rangsangan.
Contoh: lelehan air liur
Ransangan terlazim ransangan yang baru yang diberi bersama ransangan lama.
Contoh: loceng
Gerak balas terlazim Gerak balas yang dihasilkan oleh ransangan baru setelah dipadankan dengan ransangan lama.
Contoh: lelehan air liur
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Kerana pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
2.3 Contoh Dalam Kehidupan Nyata
Menurut Brennan, James F. 2006 dalam bukunya Sejarah dan Sistem Psikologi, sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka ” dengan coklat (RTT), setiap kali anda bertemu (GTT) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara automatik dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara automatik pasangan anda akan sangat suka dengan anda, hal ini dapat terjadi pembentukan perilaku antara (RTT), (GTT), (RT), dan (GT) seperti eksperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.
Daftar Pustaka
Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan Pebelajaran Bahasa. Bandung. Citapustaka Media Perintis
Brown. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.
http://peoplelearn.homestead.com/psychlearncontent2a.html,
http://teori behavioristik versi Ivan Pavlov. Html
Struktur presentasi poster
secara umum mencakup:a. Judul penelitian, diikuti nama
peneliti-peneliti dan nama departemennya.b. Abstrakc. Latar belakang masalahd.Kerangka teori dan kerangka konsepe. Metodologif. Hasil dan diskusig. Kesimpula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar